Minggu, 17 Januari 2010

PEMBELAJARAN FISIKA

      Kata belajar sudah tidak asing bagi kita. Kegitan belajar juga sudah dilaksanakan sejak jaman  dahulu kala. Pada jaman dulu sudah ada padepokan dan pesantren yang menunjuk sebagai tempat untuk belajar. Banyak definisi tentang belajar tapi tidak akan saya bahas disini. Belajar  dalam bahasa Inggris adalah learning, sedangkan dalam bahasa jawa artinya sinau. Setelah melaksanakan kegiatan belajar seorang murid akan mendapatkan ilmu, sehingga diperlukan suatu evaluasi/ujian. Dalam kaitan belajar ada banyak pihak sebagai contoh guru, murid, ustad santri, mursid, pandita, beegawan , dan lain - lainnya.
      Terkait dengan belajar adalah pembelajaran, yang dalam bahasa Inggrisnya adalah instructional. Pembelajaran terkait dengan belajar. Pembelajaran juga menunjuk sistem dan objek yang dipelajari. Dalam kaitan ani institusi pendidikan berperan penting dalam pembelajaran selain guru dan murid yang seharusnya menjadi subjek.  Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi.
        Fisika adalah salah satu mata pelajaran atuapun mata kuliah pada satuan pendidikan. Fisika sudah diajarkan dari SMP, walaupun masih tergabung dalam mata pelajaran IPA Terpadu, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMa, terutama yang mengambil jurusan IPA. Pelajaran Fisika pada kebanyakan sisiwa merupakan momok dan tidak banyak yang suka. Sebenarnya konten Fisika cukup menarik dan sangat berguna bagi pengembangan karir selanjutnya bagi siswa.
       Pembelajaran Fisika merupakan hal penting dalam mempersiapkan generasi Bangsa ini menghadapi era industri ataupun era masa depan. Pembelajaran Fisika mestinya didesain dengan baik, sehingga siswa bisa tertarik dengan Fisika di pihak lain konten Fisika terserap dengan baik. Kalau kita melihat di sekitar kita pembelajaran Fisika memang tidak hanya diajarkan sebagai mata pelajaran formal di instansi pendidikan formal tapi juga di lembaga non formal.
1. Pembelajaran Fisika di Sekolah
Pembelajaran Fisika di sekolah mestinya mengedepankan idealisme pembelajaran Fisika seperti pada teori-teori pembeljaran dan pendidikan. Pembelajaran harus mencakup kompetensi yang tidak sekedar kognitif. Pembelajaran fisika di Sekolah harus juga memperhatikan ranah psikomotorik dan afektif selain ranah kognitif. Pembelajaran fisika juga mmbutuhkan kegiatan praktek, sehingga diperlukan laboratorium. Jadi pembelajara tidak hanya problem solving soal, sehingga fisika hanya sebagai soal cerita matematika. Adanya Ujian Nasional  kayaknya membuat semua pihak, termasuk para pengelola lembaga pendidikan formal berpikir praktis sehingga pembelajaran dibuat ngebut, dengan mengedepankan penyelesaian sosl - soal UN. Kepala Sekolah, Guru , bahkan juga orang tua semua berpikir antisipasif terhadap UN sehingga pembelajaran di sekolah bertumpu pada penyelesaian UN. Hal inilah yang perlu dirubah oleh semua yamg berkompeten dengan pendidikan.
2. Pemebelajaran Fisika di Bimbingan Belajar
Pembelajaran Fisika di bimbingan belajar tentu berbeda di sekolah. Pembelajaran di sini dimaksudkan untuk melengkapi dan memperkuat daya serap siswa terhadap mapel Fisika. Di sini menekankan pada ranah kognitif. Pembelajaran Fisika di bimbel menekan pada persiapan Ujian baik Ujian sekolah, ujian nasional maupun ujian masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Dis sini kreativitas pengajar dan kenyamanan tempat beljar merupakan faktor penting.  Maka munculah rumus praktis, logika praktis, cara penalaran, dan lain sebagainya.
3. Pembelajara Fisika untuk Olimpiade
Pembelajaran Fisika untuk Olimpiade menekankan lebih pada ranah kognitif walaupun ranah psikomorik juga diperlukan. Pembelajaran disini mengekplorasi pemikiran siswa di mapel Fisika. materi biasanya dibuat lebih tinggi. Pembelajaran ini mempersiapkan siswa ke ajang olimpiade sains dari tingkat kota samapi tingkat internasional.

Jumat, 06 November 2009

Model - Model Pembelajaran

MODEL – MODEL PEMBELAJARAN
Wiji Lestari, S.Si

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa siswa belajar sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, pengajar harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Jenis – jenis model belajar cukup banyak, menurut Erman Suherman ada 65, juga model pembelajaran berkaitan dengan mata kuliah atau mata pelajaran, contoh ada model pembelajaran fisika, model pembelajaran mataematika, model pembelajaran geografi, model pembelajaran bahasa Indonesia dan lain-lain. Penggunaan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh filsafat pendidikan, misalnya model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat konstruktivisme, model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat progesivisme, dan lain-lain. Selain itu model pembelajaran juga bergantung dari pemakaian teknologi dalam pendidikan, misalnya penggunaan computer.
Model pembelajaran yang berbasiskan komputer ada 7 (Santosa, 2009). Model – model pembelajaran tersebut adalah : model perolehan konsep, model problem solving, model latihan penyelidikan, model reciprocal learning, model berbasis masalah, model advance organizer, model berbasis web. Berikut disajikan uraian dari masing-masing model pembelajaran :

1. Model Perolehan Konsep
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karya Jerome Brunner, Jacqueline Goodnow dan George Austin. Brunner, Goodnow dan Austin yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam, dan sebagai manusia kita hams mampu membedakan, mengkategorikan dan menamakan semua itu. Kemampuan manusia dalam membedakan, mengelompokkan dan menamakan sesuatu inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep.
Model pembelajaran perolehan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu. Prosedur pembelajaran perolehan konsep tiga tahap; yaitu (1) penyajian data dan identifikasikonsep, (2) pengujian perolehan konsep dan (3) analisis strategi berpikir. Model pembelajaran perolehan konsep sangat sesuai diaplikasikan untuk pembe-lajaran yang menekankan perolehan suatu konsep baru atau untuk mengajar cara berpikir induktif.
Model perolehan konsep merupakan model pembelajaran yang mencakup analisis proses berpikir dan diskusi mengenai atribut perolehan konsep yang lebih banyak melibatkan pembelajar berpartisipasi dalam diskusi. Menurut Brunner perlu dipelajari kegiatan kognitif atau proses berpikir yang dinamakan pengkategorian. Kegiatan pengkategorian mempunyai 2 komponen yaitu tindakan pembentukan kategori dan tindakan perolehan konsep. Pembentuka kategori merupakan langkah pertama perolehan konsep.
Tujuan model pembelajaran Konsep :
a. Memahami hakekat konsep untuk membantu pembelajar memahami suatu objek , gagasan, dan peristiwa.
b. Memahami strategi pemikiran yang digunakan dan menemukan dasar pengkategorian yang digunakan oleh orang lain dalam mengorganisasikan lingkungan mereka.
c. Menyadari kegiatan konseptualisasi dan melakukannya terutama terhadap data yang tidak terorganisasi.
Model pembelajaran perolehan konsep sesuai dengan tujuan pembelajaran karena berguna untuk : membantu pembelajar dalam memperoleh konsep baru, memperkaya dan memperjelas pemikiran tentang konsep dari suatu konsep, dan membantu pembelajar menyadari proses dan strategi berpikir sendiri.

2. Model Pembelajaran Problem Solving
Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan (Suparno, 2006). Biasanya pengajar memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang akan diajarkan dan siswa diminta memecahkan persoalan itu. Ini dapat dilakukan secara perseorangan ataupun kelompok. Dalam model ini masalah didefinisikan sebagai sesuatu persoalan yang tidak rutin , belum dikenal cara penyelesaiannya.
Model problem solving juga dapat membantu mengatasi miskonsepsi pada pembelajar. Pembelajar mengerjakan beberapa soal yang telah dipersiapkan guru/pengajar . dari pekerjaan itu, dapat dilihat gagasan pembelajar benar atau salah. Dengan memecahkan persoalan, pembelajar dilatih untuk mengorganisasikan pengertian dan kemampuan mereka. Baik bila pembelajar diberi waktu untuk menjelaskan pemecahan soal mereka dan terjadi interaksi tanya jawab dengan teman-temannya.
Dengan melihat bagaimana cara pembelajar memecahkan persoalan, dapat dengan mudah dilihat pembelajar mempunyai salah pengertian dalam langkah tertentu. Bila salah pengertian telah diketahui pengajar dapat menanyakan kepada pembelajar mengapa mereka mempunyai pengertian atau langkah seperti itu.
Contoh pelaksanaan model pembelajaran ini pertama pengajar memberikan persoalan yang harus dipecahkan pembelajar, misalnya seorang serdadu akan menembak musuh yang berdiri pada jarak 100 meter daripadanya. Pembelajar disuruh menentukan sudut elevasi penembak. Selnjutnya pembelajara disuruh mengerjakan , setelah selesai beberapa pembelajar disuruh maju mnjelaskan jawabannya. Pengajar memberikan masukan dan komentar.

3. Model Latihan Penyelidikan
Medel latihan penyelidikan (inquiry training) adalah model pembelajaran dimana pengajar melibatkan kemampuan berpikir kritis pembelajar untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik (Kindsvater dalam Suparno, 2006). Latihan penelitihan bertolak dari kepercayaan bahwa agar seseorang menjadi mandiri, dituntut metode yang dapat member kemudahan pada pembelajar untuk melibatkan diri dalam penelitian ilmiah.
Model pembelajaran ini menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat pada keaktifan pembelajar. Jadi bukan pembelajaran yang berpusat pada pengajar. Dalam model pembelajaran ini isi dan proses peyelidikan diajarkan bersama-sama dalam waktu yang bersamaan. Pembelajar melalui proses penyelidikan akhirnya sampai kepada isi pengetahuan itu sendiri. Pada dasarnya model pembelajaran ini mengikuti teori Suchman sebagai berikut :
• Secara alami pembelajar akan mencari sesuatu setelah dihadapkan dengan masalah
• Mereka akan segera sadar tentang belajar mengenai strategi berfikir yang dimilikinya
• Penelitian yang bersifat kerjasama akan memperkaya proses berpikir dan membantu pembelajar untuk belajar tentang sifat tentative dari pengetahuan, sifat selalu berkembang dari pengetahuan, dan menghargai berbagai alternative penjelasan mengenai suatu hal.
Meski para ahli menjelaskan berbeda-beda model pembelajaran ini, tetapi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai model pembelajaran yang menggunakan proses berikut (Kindsvatter, dalam Suparno,2006) :
• Identifikasi masalah
• Membuat hipotesis
• Mengumpulkan data
• Menganalisis data
• Mengambil kesimpulan
Model pembelajaran ini ada yang guided inquiry (penyelidikan terarah) yaitu model dimana pengajar banyak meberikan pengarahan dan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap maupun pertanyaan- pertanyaan pengarah selama proses pembelajaran. Bentuk yang lain adalah open inquiry(penyelidikan terbuka) pada model ini pembelajar diberi kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi.

4. Model Reciprocal Learning
Model pembelajaran reciprocal adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kemampuan membaca. Model ini diperkenalkan oleh Palincsar dan Brown (1984) (dalam Chalsum, 2005) yang mengatakan kemampuan membaca diajarkan pengajar ke pembelajar. Menurut Kamus Dewan (1986) reciprocal bermakna timbal balik dan saling membantu. Kamarudin Haji Husin dan Siti Hajar Abdul Aziz (1998)(dalam Chalsum, 2005) pula mengatakan model pembelajaran reciprocal adalah “pengajaran menyaling”. Dari definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran reciprocal adalah suatu bentuk pembelajaran yang aktif. Pembelajaran ini melibatkan komunikasi antara pembelajar dan pembelajar berdasarkan segmen teks yang dibaca; dan ini bisa dilakukan dalam kelompok besar atau kecil, tanpa batasan.
Pembelajaran ini memperkenalkan teknik komunikasi antar berbagai kelompok untuk memperbaiki pengertian, menjawab persoalan, dan memilih permasalahan penting ketika membaca sesuatu teks. Pada saat pembelajaran berlangsung, pembelajar akan membaca teks, kemudian akan mendiskusikannya. Setiap anggota kelompok berpeluang menjadi ketua kelompok secara bergantian. Diskusi kelompok akan berdasarkan kepada empat strategi pembelajaran reciprocal yaitu memprediksi, bertanya, memahami dan merangkum, Strategi ini digunakan untuk mengembangkan pemahaman dan penguasaan makna teks yang dibaca.
Dalam model pembelajaran reciprocal, pembelajar seolah memainkan peranan sebagai seorang pengajar (Borkowski, 1992 dalam Chalsum, 2005). Ini akan menarik minat pelajar untuk membaca dan memahami apa yang telah dibaca. Bagi Edwards (1995) pelajar juga merasa gembira malah akan merasa diri mereka begitu penting seperti pengajar ketika melakukan komunikasi dalam kelompok masing-masing. Pelajar akan menjadi aktif saat melakukan diskusi di kelompoknya.
Pengajaran reciprocal melibatkan sesuatu interaksi yang terjalin di antara pengajar dan pembelajar ketika memahami teks yang dibaca secara bergantian. Keadaan ini akan menyadarkan pelajar tentang betapa sukarnya menjalankan diskusi dan pentingnya kerjasama antar anggota kelompok. Kesadaran pelajar ini akan membentuk sikap pelajar supaya mempunyai semangat kerjasama dan menghargai guru mereka (Wray & lewis, 1998 dalam Chalsum, 2005).
Weinstein & Meyer (1998) (dalam Suherman) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD - modul, membaca-merangkum.

5. Model Berbasis Masalah
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Kalau dalam problem solving, pengajar memberikan persoalan yang harus dipecahkan oleh pembelajar, dalam model ini pembelajar disuruh mencari permasalahan dan pertanyaan tentang materi pembelajaran.
Keuntungan model ini adalah persoalan yang muncul pada pembelajar dapat lebih bervariasi daripada yang disiapkan oleh pengajar sendiri. Dapat juga permasalannya lebih merata dan menunjukkan di mana pembelajar masih mempunyai kesulitan. Dengan demikian, pengajar nantinya lebih mudah untuk membantu menekankan konsep yang perlu dipelajari.

6. Model Advance Organizer
Ausubel ( Muhkal, 1991 ) menyatakan bahwa faktor tunggal yang sangat penting dalam proses mengajar belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa berupa materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Apa yang telah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengkomunikasikan informasi atau ide baru dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melihat keterkaitan antara materi pelajaran yang telah dipelajari dengan informasi atau ide baru. Namun sering terjadi siswa tidak mampu melakukannya. Dalam kegiatan seperti inilah sangat diperlukan adanya alat penghubung yang dapat menjembatani informasi atau ide baru dengan materi pelajaran yang telah diterima oleh siswa. Alat penghubung yang dimaksud oleh Ausubel dalam teori belajar bermaknanya adalah “ advance organizer “.
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan pengajar dalam membantu mengaitkan konsep lama denan konsep baru yang lebih tinggi maknanya. Penggunaan pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Model ini merekomendasikan pengajar untuk menyeleksi, mengatur, dan menyajikan informasi baru secara bermakna dan efisien. Ausubel merancang model ini untuk memperkuat struktur kognitif pembelajar.
Terdapat tiga fase penyajian dalam model pembelajaran ini :
 Fase pertama : Penyajian advance organizer, yang meliputi :
- Menjelaskan tujuan satuan pelajaran
- Menyajikan organizer meliputi : identifikasi batasan atribut, memberikan contoh, menyediakan bermacam-macam konteks, mengulangi istilah yang telah digolongkan.
 Fase kedua : Penyajian tugas materi pembelajaran, meliputi :
- Menyusun urutan logis materi pelajaran bagi pembelajar
- Membina perhatian pembelajar
- Menyiapkan nahan organizer yang bersifat eksplisit
 Fase ketiga : Penguatan organisasi kognitif, meliputi :
- Menggunakan prinsip – prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi
- Mengintensifkan pembelajaran penerimaan aktif
- Memperoleh pendekatan kritis terhadap pengetahuan yang dipeajari
Advance organizer merupakan pernyataan umumyang memeperkenalkan bagian-bagian utama yang etrcakup dalam urutan pengajaran. Advance organiberfungsi untuk menghubungakan gagasan yang disajikan di dalam pelajaran dengan informasi yang telah berda didalam pikiran siswa, dan memberikan skema organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik yang disajikan.





7. Model Berbasis Web

Pada zaman sekarang ada revolusi besar yaitu revolusi informasi computer. Dengan perkembangan jaringan computer , terutama internet , mulai banyak dibuat program pembelajaran dengan computer. Model pembelajaran berbasis web pembelajar bisa mencari visualisasi materi pembelajaran dengan computer, pengajaran lewat internet, mencari materi pembelajaran lewat internet dan lain sebagainya. Model pembelajaran ini termasuk elearning.


Gambar. Model Pembelajaran dengan Web Engineering

Pada model ini pengajar sekarang dapat mengajarkan bahan dengan bantuan internet. Pembelajar diberi tugas untuk mencari bahan dari internet dan juga evaluasi bisa dilaksanakan melalui internet. Dengan model ini siswa akan aktif . Model pembelajaran ini bisa terlaksana kalau tersedia internet ataupun jaringan computer.
Model pembelajaran berbasis web mampu menghadapkan karakteristik yang khas yaitu (1) sebagai media interpersonal dan massa; (2) bersifat interaktif; (3) memungkinkan komunikasi secara sinkron dan asinkron (Prakoso, 2005). Karakteristik ini memungkinkan pembelajar melakukan komunikasi secara lebih luas bila dibandingkan dengan hanya menggunakan media konvensional.
Model berbasis web menunjang pembelajar yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk tetap mengikuti pembelajaran. Model pembelajaran ini dapat dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui e-mail, mailing list, dan chatting.



















DAFTAR PUSTAKA

Gredler, Margaret E. Bell, (1991). Belajar dan Membelajarkan. Terjemahan: Munandir (1978) , Jakarta, CV Rajawali bekerja sama dengan PAU-UT, Nunnally, Jum C., Psychometric Theory : McGraw Hill Book Company.

Kalsum, Umi, MS, (2005). Pengajaran Reciprocal : Satu Alternatif Strategi pembelajaran Berkesan. http://myais.fsktm.um.edu.my/4994/1/15.pdf
Oktavianto, CFM, (2008). Pembelajaran Model Advance Organizer dengan Peta Konsep untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa kelas X SMA Negeri I Kalisat Pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan. http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/proposal-skripsi/pembelajaran-model-advance-organizer-dengan-peta-konsep-untuk-meningkatkan-ketun
Prakoso, Kukuh S., (2005). Membangun Elearning dengan Moodle. Penerbit andi Yogyakarta
Retalis, Simon and Avgeriou, Paris (2002). Modelling Web – Based Instructional System. http://jite.org/documents/Vol1/v1n1p025-042.pdf

Santosa, Stefanus , 2009, Model-model Pembelajaran Berbasis Komputer. http :// www. Scele.dinus.ac.id.

Savery, John, dkk (1995). Problem Based Learning: An Instruction Model and its Constructivist Framework. http://crlt.indiana.edu/publications/duffy_publ6.pdf

Suherman, Erman, (2009). Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=60

Suparno, Paul (2006). Metodologi Pembelajaran Fisika. Penerbit Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

Selasa, 24 Februari 2009

PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK

Pemrograman merupakan suatu hal penting dalam dunia komputer. Semua program dalam komputasi selalu mengandung kode dan data. Kodeng merupakan hal penting yang harus dikuasai pelaku-pelaku di dunia Teknologi informatika. Kode adalah urutan logis dalam suatu program sedangkan data adalah dapat berupa variable dan konstanta. Dalam pemrogaman computer kode dan data diatur dan dikombinasikan untuk proses sehingga dihasilkan keluaran sesuai yang diinginkan.

Pada pemrograman tradisional atau pemrograman berorientasi procedural, semua data dank ode digabung menjadi satu dalm sebuah program. Untuk program-program yang sederhana hal ini tidak menjadi masalah. Dalam perkembangannya program semakin kompleks dan besar sehingga dibutuhkan ratusan atau bahkan ribuan baris kode. Permasalahan yang timbul dengan pemrograman berorientasi procedural adalah sulitnya membuat program yang kompleks dan besar dengan praktis dan efisien. Pemrograman berorientasi objek(Object oriented programming/OOP) suatu model pemrograman yang menjawab kekurangan – kekurangan pemrograman tradisional. Pada pemrograman berorientasi objek ini komponen-komponen penyusun program secara konseptual akan dipecah menjadi bagian – bagian tersendiri yang sebut objek. Untuk penggambaran kedua program dapat dilihat gambar di bawah .




Dalam pemrograman berorientasi objek , setiap objek mempunyai data (sifat, berupa variable maupun konstanta) dan method (perilaku atau kemampuan melakukan sesuatu berupa fungsi). Jadi objek dapat didefinidikan sebagai entitas yang memiliki data dan method. Misalnya mahasiswa mempunyai data-data(nama, NIM, alamat, jenis kelamin , jurusan , dan lain-lain) dan juga mempunyai method (misalnya: cara bicara, cara belajar, cara membaca, dan lain-lain).dalam dunia pemrograman , objek semacam ini diabstraksikan menjadi kelas. Dengan kata lain kelas adalah bentuk abstrak dari objek. Wujud nyata dari suatu kelas disebut instance. Contoh misalnya kelas mahasiswa, maka instancenya adalah : Wiji, Anteng, Puji, Mulud, dan lain-lain). Contoh lain kelas sepeda, maka instancenya adalah : sepeda mini, BMX. Sepeda balap, sepeda gunung, dan lain-lain).

Secara umum beberapa keuntungan yang tampak pada oemrograman berorientasi objek (OOP) adalah :

· Objek-objeknya dapat digunakan ulang (reusable) untuk program-program lain.

· Programnya lebih terstruktur dan lebih mudah untuk dikembangkan

· Bersifat alami